MENJADI pemuda merupakan fase kehidupan yang mesti dilalui. Dengan segala potensi yang dimiliki seringkali terdengar ungkapan klise bahwasanya pemuda adalah tulang punggung bagi kemajuan sebuah bangsa. Pernyataan tersebut telah dibuktikan di setiap belahan bumi manapun, dimana pemuda merupakan sosok yang mampu memberikan arah dan warna tersendiri dalam kehidupan.
Di sisi lain, tak selamanya pemuda mampu membawa perubahan signifikan. Pemuda justru menjadi beban masyarakat dengan segala kebodohannya memahami hakikat kehidupan. Kenyataan empiris yang terus menghiasi, pemuda ternyata menjadi corong kebatilan, pemikul panji kemungkaran dan penegak kemaksiatan.
Arus pemikiran negatif tak henti-henti menggerogoti para pemuda sehingga harus tegak berdiri dalam topangan hedonisme dan kenikmatan semu. Melihat fenomena tersebut tentu saja harapan perbaikan bangsa tak mungkin terwujud. Perbaikan tak mungkin dipikulkan kepada pemuda yang tidak memiliki landasan kokoh dalam hidupnya. Dengan kondisi bangsa yang membutuhkan ketinggian daya juang mustahil menyerahkannya kepada pemuda lemah dan tidak berjiwa kuat.
Cita-cita untuk membangunkan pemuda dari keterlenaan tetaplah harus ditanamkan. Sebuah pembinaan positif diperlukan agar para pemuda menyadari peran dan tanggung jawabnya. Pemuda perlu diarahkan agar berpijak pada landasan asasi yang tiada lain adalah al-din al-Islam. Ini merupakan syarat utama, karena Islam merupakan sistem abadi yang akan mengantarkan pemuda menuju kemajuan dan pencerahan.
Tak dimungkiri jika Islam adalah agama yang tiada cacat menyelimuti. Islam adalah sistem yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Islam merupakan cahaya Allah SWT yang tiada tersesat manusia yang mengambil petunjuknya. Untuk itulah pemuda berkewajiban mengambil Islam dan berpegang teguh pada ajarannya.
Tiada penyimpangan kecuali kehancuran pasti menyertainya. Adakah yang lebih baik selain Islam sebagai pedoman hidup dan petunjuk jalan? “Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk.”(Qs. Al-Kahf : 13).
Pemuda tetap diharapkan untuk menegakkan sendi-sendi kehidupan yang telah rapuh diterpa badai kehancuran. Kecerdasan pemuda dinantikan untuk membangun peradaban yang telah jatuh tersungkur dalam jurang kemerosotan nilai dan akhlak. Sikap kritis dan kepekaan sosial pemuda dibutuhkan untuk mendirikan bangunan kebaikan di setiap lapangan kehidupan.
Dalam memperbaiki kondisi kritis bangsa, pengorbanan pemuda merupakan sebuah keniscayaan. Umat telah cukup lama menantikan kiprah pemuda untuk mempersembahkan kontribusinya bagi perbaikan bangsa. “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.”(Qs. Ali ‘Imran (3) : 110). Wahai pemuda, masa terus berlalu dan umat telah menunggu. Adakah yang bersedia menyambut seruan ini?
Sumber: Kabar Indonesia
Wallahu a’lam bish-shawab.
Arus pemikiran negatif tak henti-henti menggerogoti para pemuda sehingga harus tegak berdiri dalam topangan hedonisme dan kenikmatan semu. Melihat fenomena tersebut tentu saja harapan perbaikan bangsa tak mungkin terwujud. Perbaikan tak mungkin dipikulkan kepada pemuda yang tidak memiliki landasan kokoh dalam hidupnya. Dengan kondisi bangsa yang membutuhkan ketinggian daya juang mustahil menyerahkannya kepada pemuda lemah dan tidak berjiwa kuat.
Cita-cita untuk membangunkan pemuda dari keterlenaan tetaplah harus ditanamkan. Sebuah pembinaan positif diperlukan agar para pemuda menyadari peran dan tanggung jawabnya. Pemuda perlu diarahkan agar berpijak pada landasan asasi yang tiada lain adalah al-din al-Islam. Ini merupakan syarat utama, karena Islam merupakan sistem abadi yang akan mengantarkan pemuda menuju kemajuan dan pencerahan.
Tak dimungkiri jika Islam adalah agama yang tiada cacat menyelimuti. Islam adalah sistem yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Islam merupakan cahaya Allah SWT yang tiada tersesat manusia yang mengambil petunjuknya. Untuk itulah pemuda berkewajiban mengambil Islam dan berpegang teguh pada ajarannya.
Tiada penyimpangan kecuali kehancuran pasti menyertainya. Adakah yang lebih baik selain Islam sebagai pedoman hidup dan petunjuk jalan? “Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk.”(Qs. Al-Kahf : 13).
Pemuda tetap diharapkan untuk menegakkan sendi-sendi kehidupan yang telah rapuh diterpa badai kehancuran. Kecerdasan pemuda dinantikan untuk membangun peradaban yang telah jatuh tersungkur dalam jurang kemerosotan nilai dan akhlak. Sikap kritis dan kepekaan sosial pemuda dibutuhkan untuk mendirikan bangunan kebaikan di setiap lapangan kehidupan.
Dalam memperbaiki kondisi kritis bangsa, pengorbanan pemuda merupakan sebuah keniscayaan. Umat telah cukup lama menantikan kiprah pemuda untuk mempersembahkan kontribusinya bagi perbaikan bangsa. “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.”(Qs. Ali ‘Imran (3) : 110). Wahai pemuda, masa terus berlalu dan umat telah menunggu. Adakah yang bersedia menyambut seruan ini?
Sumber: Kabar Indonesia
Wallahu a’lam bish-shawab.
1 Response to "Refleksi 72 Tahun Eksistensi Pemuda"
he...he...kesalahan hitungan kayaknya nichhh....
maaf pembaca yang budiman 82 tahun maksudnya
Posting Komentar